Sabtu, 18 April 2009

Segitukah Sinetron Indonesia......?

Sinetron Indonesia. Ya....hanya seperti itu. Bosan. Tdk mendidik. Hanya itu-itu saja, konflik keluarga didramatisir. Tokoh protagonisnya lemah. Nangis sepanjang episod dengan sentuhan kekejaman tokoh antagonis yang dibuat-buat. Ending yang memihak tokoh protagonis hanya 5 menit menjelang selesai. Selalu syakwasangka. Sekali lagi menjemukan.

Ucapan-ucapan di atas sering terdengar di telinga kita. Secara jujur apakah keluarga kita diberi tontonan seperti itu kita rela. Tidak! Ya, kalau ambil amanat dari cerita seperti itu harus yang baik. Misalnya, sinetron Kasih dan Amara, Cinta Fitri di salah satu tv swasta. Contohnya saja sinetron Kasih dan Amara. Sepanjang episod yang namanya Kasih adalah sosok yang lemah tidak berdaya, selalu nangis kalau ada masalah. jadi semua bikin jengkel. Tontonan yang semestinya menghibur malah menebar kebencian. Memang kita harus cari amanat apa yang ingin disampaikan oleh sutradara. Jelas yang baik misalnya, jangan seperti Amara dan mamanya, jangan selalu menebar kebencian, sampai jangan seperti Kasih yang selalu cengeng, nangis, dan lemah.

Namaun, ketika kita disuguhkan tayangan sepanjang episod tersebut hanya pertengkaran, tipu menipu, atau bunuh membunuh, kapan dengan dengan kita menangkap pesan yang seperti itu? Ini pertanyaan yang perlu direnungkan bersama. dan disikapi oleh produsen-produsen sinetron. Jangnlah hanya mengejar tren konsumen saja. Masih banyak tema yang mendidik lainnya tanpa meningggalkan "estetika" konflik yang memang sebagai bagian intrinsik sebuah cerita. Dari pihak artisnya pun jangan asal bilang "ya" ketika disodori peran yang meracuni masyarakat terutama generasi muda. Sekian mohon maaf.  

1 komentar:

Silakan diskusi bersama