Rabu, 22 April 2009

Ibu Kita Kartini Ibu Kita Semua


Tanggal 21 April di Indonesia memperingati hari Kartini. Apa sih hikmah memperingati hari Kartini? "Ya, diperingati saja: pakai konde, pakai jarit, atau apalah pokonya ala putri keraton!", sebagian orang menjawab. "Ya, wanita harus setara dengan pria (walau pria perkasa sekalipun)". Tunggu dulu, lah! Kita harus mencermati dan mencoba menafsirkan apa yang sebenarnya pemikiran Kartini. Coba perhatikan kutipan berikut ini!

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama” (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).([Dakwah Kampus Malang dot Com])

Dilihat dari kata itu, tak ada sepatah katapun dalam surat tersebut yang mengajarkan wanita untuk mengejar persamaan hak, kewajiban, kedudukan dan peran agar sejajar dengan kaum pria. Kartini memahami bahwa kebangkitan seseorang ditandai oleh kebangkitan cara berfikirnya. Kartini mengupayakan pengajaran dan pendidikan bagi wanita semata-mata demi kebangkitan berfikir kaumnya agar lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai seorang wanita.

Kaum wanita janganlah menafsirkan yang justru terjebak pada ideologi Barat yang menuntuk hak di segala bidang, karena Kartini hanya menuntut agar kaum wanita diberi hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tak lebih dari itu. Itu adalah konteks yang sesungguhnya pada zaman tersebut.

Marilah dengan semangat hari Kartini Wanita Indonesia tidak terbelakang atau malah mundur seperti zaman Jahiliyyah, yaitu zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad di kota Makkah. Semoga terwujud. Seperti judul di atas, "Ibu Kita Kartini Ibu Kita Semua", kita (baik wanita atau pria adalah anak-anak Kartini, jadi, seorang ibu tak mungkin anak-anaknya saling menjatuhkan, saling bersaing, yang ada hanya saling berprestasi. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan diskusi bersama