Minggu, 21 Maret 2010

UN Masih Menyisakan Beban Berat


Senin, 22 Maret UN SMA/SMK dilaksanakan......

Minggu, 26 April 2009

SMP/MTs Hari Ini Mulai Ujian Nasional

Senin, 27 April 2009 siswa-siswi SMP se-Indonesia mulai UN. Sesuai jadwal, hari pertama adalah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Agaknya sikap grogi, takut, dan was-was pasti menyelimuti hari pertama ujian. Maklumlah UN masih kategori situasi sakral, siswa-siswi dipertaruhkan belajar mereka selama 3 tahun ditentukan kelulusannya dalam waktu 4 hari 4 mata pelajaran.

Yah... kekhawatiran, semua merasakan itu. Dari pihak siswa dan pengawas sama-sama dituntut aturan. Siswa juga sekolah harus bisa bersaing dengan sekolah lain sehingga terkadang efek pelaksanaan kurang baik. Pengawas dituntut aturan untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, kalau tidak, pasti ada sanksi yang dijatuhkan padanya. Sekilas kasus ini bertentangan. Tetapi sebenarnya tidak ada yang bertentangan. Ketika siswa sudah siap UN, baik mental, materi, maupun hal yang mendukung, pasti tidak ada yang dikhawatirkan dan dijaga ketat pada saat di ruang ujian. Pengawas pun tidak was-was atau serba salah dalam melaksanakan tugas pengawasan di ruang uian.

Memang, menurut hemat saya, semua itu membutuhkan persiapan yang matang dari semua pihak baik dari segi pembelajaran secara umum sampai ke persiapan try out UN. Hal ini tidaklah sulit, hanya saja yang dibutuhkan itikad baik dan ingin maju. Semoga Kelulusan kita baik sebaik hasil pendidikan di Indonesia. Semoga.

Rabu, 22 April 2009

Ibu Kita Kartini Ibu Kita Semua


Tanggal 21 April di Indonesia memperingati hari Kartini. Apa sih hikmah memperingati hari Kartini? "Ya, diperingati saja: pakai konde, pakai jarit, atau apalah pokonya ala putri keraton!", sebagian orang menjawab. "Ya, wanita harus setara dengan pria (walau pria perkasa sekalipun)". Tunggu dulu, lah! Kita harus mencermati dan mencoba menafsirkan apa yang sebenarnya pemikiran Kartini. Coba perhatikan kutipan berikut ini!

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama” (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).([Dakwah Kampus Malang dot Com])

Dilihat dari kata itu, tak ada sepatah katapun dalam surat tersebut yang mengajarkan wanita untuk mengejar persamaan hak, kewajiban, kedudukan dan peran agar sejajar dengan kaum pria. Kartini memahami bahwa kebangkitan seseorang ditandai oleh kebangkitan cara berfikirnya. Kartini mengupayakan pengajaran dan pendidikan bagi wanita semata-mata demi kebangkitan berfikir kaumnya agar lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai seorang wanita.

Kaum wanita janganlah menafsirkan yang justru terjebak pada ideologi Barat yang menuntuk hak di segala bidang, karena Kartini hanya menuntut agar kaum wanita diberi hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tak lebih dari itu. Itu adalah konteks yang sesungguhnya pada zaman tersebut.

Marilah dengan semangat hari Kartini Wanita Indonesia tidak terbelakang atau malah mundur seperti zaman Jahiliyyah, yaitu zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad di kota Makkah. Semoga terwujud. Seperti judul di atas, "Ibu Kita Kartini Ibu Kita Semua", kita (baik wanita atau pria adalah anak-anak Kartini, jadi, seorang ibu tak mungkin anak-anaknya saling menjatuhkan, saling bersaing, yang ada hanya saling berprestasi. Amin.


Sabtu, 18 April 2009

Segitukah Sinetron Indonesia......?

Sinetron Indonesia. Ya....hanya seperti itu. Bosan. Tdk mendidik. Hanya itu-itu saja, konflik keluarga didramatisir. Tokoh protagonisnya lemah. Nangis sepanjang episod dengan sentuhan kekejaman tokoh antagonis yang dibuat-buat. Ending yang memihak tokoh protagonis hanya 5 menit menjelang selesai. Selalu syakwasangka. Sekali lagi menjemukan.

Ucapan-ucapan di atas sering terdengar di telinga kita. Secara jujur apakah keluarga kita diberi tontonan seperti itu kita rela. Tidak! Ya, kalau ambil amanat dari cerita seperti itu harus yang baik. Misalnya, sinetron Kasih dan Amara, Cinta Fitri di salah satu tv swasta. Contohnya saja sinetron Kasih dan Amara. Sepanjang episod yang namanya Kasih adalah sosok yang lemah tidak berdaya, selalu nangis kalau ada masalah. jadi semua bikin jengkel. Tontonan yang semestinya menghibur malah menebar kebencian. Memang kita harus cari amanat apa yang ingin disampaikan oleh sutradara. Jelas yang baik misalnya, jangan seperti Amara dan mamanya, jangan selalu menebar kebencian, sampai jangan seperti Kasih yang selalu cengeng, nangis, dan lemah.

Namaun, ketika kita disuguhkan tayangan sepanjang episod tersebut hanya pertengkaran, tipu menipu, atau bunuh membunuh, kapan dengan dengan kita menangkap pesan yang seperti itu? Ini pertanyaan yang perlu direnungkan bersama. dan disikapi oleh produsen-produsen sinetron. Jangnlah hanya mengejar tren konsumen saja. Masih banyak tema yang mendidik lainnya tanpa meningggalkan "estetika" konflik yang memang sebagai bagian intrinsik sebuah cerita. Dari pihak artisnya pun jangan asal bilang "ya" ketika disodori peran yang meracuni masyarakat terutama generasi muda. Sekian mohon maaf.  

Senin, 13 April 2009

Pemilu Legislatif itu Telah Usai .....

Pemilu legislatif, 9 April telah terlewati. Seiring dengan itu banyak menyisakan persoalan-persoalan yang tambah rumit sekaligus menjadi PR kita bersama. Mulai dari DPT yang tidak baik, logistik yang kurang, pelaksanaan yang memihak itu dan ini, pencontrengan DPD yang tidak tahu harus memilih yang mana, efek caleg yang tidak terpilih, bahkan caleg yang terpilih pun (mungkin dari kalangan profesi tertentu yang memaksakan atau dipaksakan jadi caleg) menyisakan persoalan. Persoalan-persoalan tersebut tidak mudah diselesaikan kalau tidak ada itikad yang baik.

Dari sekian persoalan yang disebutkan di atas, kebanyakan sudah telanjur terjadi dan mungkin perbaikannya untuk pelaksanaan pemilu yang akan datang. Namun ada hal yang perlu kita cermati saat ini dan ke depannya, yaitu caleg yang terpilih, yang dari orang yang kurang kompeten, sebut saja caleg dari kalangan artis.

Memang, tidak semua caleg artis tidak becus jadi politikus, tetapi kebanyakan kok masih awam dengan dunia politik. Ini bukan tanpa alasan. Komedian, pesenetron, dan yang bekerja di dunia entertiment lain kitarasa kerepotan kalau sudah dihadapkan pada rapat-rapat DPR yang memutuskan dan menghasilkan undang-undang untuk kepentingan rakyat. Bisa dibayangkan, mungkin bisanya hanya ya....ya.... setuju.... dan tidak setuju....

Kita sempat tersenyum, manakala kita punya caleg artis semacam Rieke Dyah Pitaloka, Nurul arifin, dan artis lain yang sudah teruji dan beckground pendidikan yang memadai. Kita yakin mereka bisa menjalankan tugasnya di DPR. Caleg komedian, ..........hmmmmm....dak jamin.... Apa mereka mau ngocok perut di lembaga legislatif yang terhormat? Ini bukan sinis tapi buktikan kerja kalian.... mudah-mudahan pendapat ini tidak benar dan yang penting bukan latar belakang status dan mulut yang kotor dan penuh korupsi yang berbicara tapi nuranilah yang dapat menyelamatkan rakyat dari keterpurukan. kalau yang satu ini artis pasti mampu melaksanakannya. Amin.



Selasa, 07 April 2009

UJIAN NASIONAL


Ujian Nasional (UN) seiring berjalannya hari terasa semakin dekat. UN SMP tanggal 27 April 2009 dan SMA 20 April 2009. Semua pihak merasa was-was. Guru, siswa, kepsek, bahkan ortu, apalagi batas kelulusan tiap tahun naik, sekarang rata-rata menjadi 5,50. Di samping persyaratan rata-rata, per mapel-pun ada syarat lagi, nilai 4,00 hanya boleh satu mapel selebihnya boleh minimal 4,25 namun rata-rata harus minimal 5,50. Wah.....wah.... rumit n jlimet. Pemerintah agaknya tidak main-main menaikkan kualitas pendidikan di Indonesia (memang itu tidak satu-satunya cara) melalui UN ini. Kalau memng seperti itu tujuannya agaknya tidak ada lagi debat yang kita kemukakan kecuali memeperbaiki proses pembelajaran, pembelajaran terarah, dan metode tepat sehingga hasil memuaskan. Kalau semua bisa seperti itu, jangankan UN, UI (Ujian Internasional) pun lulus 100%. Semoga anak-anak kita lancar dalam menempuh UN. Amin.